TENTANG PENULIS

Erit Aswadi. Sebuah nama ketiga yang diberikan orang tua kepada saya dan dianggap cocok. Sebelumnya, ada dua nama yang disematkan kepada diri saya, yakni Sudarmansyah dan El Meijie, namun keduanya kandas karena semasa kecil saya sering sakit-sakitan, dan kedua nama tersebut dianggap biang keladi penyebab diri saya sakit. Kakak ketiga saya, Asmani mengusulkan untuk memberikan nama Erit Aswadi kepada saya dan diterima orang tua sehingga nama tersebut tetap melekat hingga saya beranjak dewasa, sekarang ini.

Di usia seventeen-an, saya beranjak dari Kalimantan Barat menuju pulau Jawa dalam rangka studi. Tujuan ke Jawa tak lain tak bukan adalah pondok pesantren (ponpes) Al-Mukmin, Solo, Jawa Tengah, dan jadilah saya studi di ponpes tersebut selama empat tahun. Selesai mondok, satu tahun kemudian saya mondok lagi, tapi kali ini didapuk sebagai ustadz muda sekaligus santri, tepatnya di wilayah Galur, Kulonprogo, Yogyakarta.

Setelah satu tahun mengajar, saya putuskan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi (PT), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2006 silam. Semenjak kuliah, saya berkenalan dengan sahabat-sahabat seperjuangan di kampus, mengenalkan diri, mengenalkan nama. Entah apa yang terjadi, sejak saat itu sahabat-sahabat menyebut nama saya dengan panggilan Eriec, bukan Erit sebagaimana mestinya. Jadilah saya dipanggil Eriec dalam jangka waktu cukup lama, bahkan hingga sekarang ini, namun itu tak masalah bagi saya selama nama panggilan tersebut tak bermakna jahat, buruk dan nista. Toh, hanya sekadar panggilan belaka, saya enjoy-enjoy saja, yang penting sahabat-sahabat akrab dengan panggilan tersebut dan mengenal diri saya sebagai pribadi yang karib dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

Banyak hal yang mestinya saya ceritakan dalam profil ini, tetapi lebih penting adalah soal kehadiran blogg yang saya persembahkan kepada pembaca budiman sekalian ini. Gagasan dan ide-ide yang tercantum atau saya eksplorasikan dalam blogg ini sejujurnya bersifat murni dari gagasan serta ide saya sendiri (eriec), bukan saduran, contekkan, ataupun hasil plagiat.

Kisahnya, artikel dan tulisan di dalam blogg ini adalah sekumpulan karya saya sejak menginjak semester empat di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebagai eks aktivis, saya memang tertarik terjun ke dunia tulis-menulis, di mana awalnya ketertarikan tersebut berangkat dari sebuah harapan agar kritik yangs sering saya beserta sahabat-sahabat aktivis lainnya di jalanan disokong dengan gagasan dan ide yang saya tuliskan agar dapat dibaca khalayak umum yang saban harinya disuguhkan berbagai media, baik cetak maupun elektronik, termasuk di dalamnya internet.

Jadi, jangan heran jika kemudian artikel-artikel saya lebih banyak berbau kritik, namun saya tidak menghujat. Hanya kritik, ya kritik berbagai dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, sosial, politik, pendidikan, budaya, sejarah hingga pengalaman hidup yang saya sampaikan lewat cerita pendek (cerpen).

Saya Eriec. Berharap agar gagasan dan ide-ide dalam karya saya ini dapat memberikan fakta dan wacana sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan, referensi, serta renungan bagi kita semua, khususnya diri Eriec sendiri. Untuk alasan itulah mengapa di blogg ini tertera motto "Berbagi Ide Berbagi Gagasan, Bertukar Pemikiran Membagi Pengalaman".

Eriec sepenuhnya sadar, bahwa artikel-artikel yang ditulis memang jauh dari kriteria sebagai sebuah ulasan yang dipandang menarik. Akan tetapi, dari sudut mana pun anda memandang dan menilai suatu karya, kritik dan saran tentu terbuka, Eriec terima, siapa saja. Hanya satu, Eriec meminta jangan dihina, dihujat dan dikecam karena Eriec berusaha untuk berkarya, mengembangkan potensi agar dapat mengenal diri sendiri serta tidak menjadi pribadi yang introvert, individualis dan tertutup. Jangan..... jangan sekali-sekali mencoba menutup mata dan hati saya terhadap realitas dan fakta kehidupan, lebih-lebih jika fakta kehidupan tersebut miring dan tidak seimbang, karena saya siap melawan. Kedua, jangan..... jangan kebebasan seorang individu kita kerangkeng hanya karena egoisme diri, sebab kebebasan individu adalah kata kunci untuk menjadi diri sendiri. Pun jika kamu mau bicara soal cinta yang sering dianggap sebagai sebuah keindahan, tanpa kebebasan maka kau bukanlah seorang pecinta sejati.


Hehehehe. Terima kasih. Salam.!!

Disqus Comments